Back to Nature
Perkembangan pariwisata dunia telah menempatkan beberapa Negara Asia diantaranya Indonesia menempati posisi atau peringkat ke delapan bila ditinjau dari pertumbuhan dan prospek pengembangan pariwisatanya setelah Afrika Selatan, China, P.Karibia, Canada, New Zealand, Vietnam, Kepulauan Pasifik, Australia dan Amerika.
Pariwisata Indonesia pada awalnya merupakan pariwisata budaya/seni, sebagai contoh pariwisata Bali, Toraja dan Borobudur yang sudah lama dikenal, namun dalam perkembangannnya kegiatan tersebut terlah bergeser kea rah pariwisata alam. Hal ini didasari adanya kecenderungan kembali ke alam (back to nature) yang melanda dunia. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya minat kunjungan pariwisata ke alam, misalnya ke Taman Nasional Komodo, Ujung Kulon, Bunaken, Kerinci Seblat, Kelimutu.
Kecenderungan minat kearah parawisata alam yang semakin meningkat merupakan peluang yang sangat baik. Indonesia dengan keaneragaman hayati, keragaman ekosistem dan dengan kekayaan fenomena alam yang dimilikinya seharusnya tidaklah sulit untuk menjawab tantangan kebutuhan pasar pariwisata alam. Indonesia memiliki berbagai obyek dan daya tarik wisata alam, seperti gunung berapi, air terjun, sumber air panas, kawah, sungai, gua, danau, perairan laut, terumbu karang, hutan mangrove, sapana, hutan daratan rendah, hutan pegunungan, tundara, bahkan dengan salju abadi. Di samping itu keberadaan, kelangkaan dan keunikan flora, fauna adalah merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk kemudian ditawarkan kepada para wisatawan.
Sejalan dengan kondisi tersebut, dalam rangka melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan berbagai kekayaabn sumberdaya alam dan fenoma lam tersebut pemerintah telah menunjuk dan menetapkan tidak kurang dari 486 kawasan konservasi dengan luas mencapai lebih dari 26 juta hektar, yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa), kawasan pelestarian alam ( taman nasional, taman wisata alam dan taman hutan raya) dan taman buru.
Komentar
Posting Komentar
->